Graduated from the Department of Silviculture, Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University (IPB) on 2013. Science that occupied during my study at IPB is Molecular Biotechnology especially in forestry field, and on 2016 a double degree master program was completed at Gadjah Mada University (UGM) and Kyoto University (KU) to pursue the same field and concentrated in forest pathology.
1. Apa yang memotivasi anda mengikuti program double degree?
Double degree memiliki keuntungan yang lebih terutama dalam memperoleh pekerjaan. Peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus akan jauh lebih besar apabila saya mempunyai dua gelar master. Selain itu, program ini merupakan kerjasama dua universitas terkenal yaitu Universitas Gadjah Mada dan Kyoto University yang membuat saya sangat tertarik untuk bergabung dalam program ini. Sebenarnya motivasi terbesar saya adalah saya ingin maju dan saya ingin bersekolah ke luar negeri dengan beasiswa, saya tidak mentargetkan untuk bersekolah di negara apa yang terpenting adalah saya ingin pergi ke luar negeri untuk menambah ilmu dan pengalaman hidup. Ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan di luar negeri akan membuat masa depan saya bisa lebih cerah. Saat itu secara kebetulan ada Double Degree Program (DDP) from UGM-KU yang disosialisasikan di fakultas kehutanan UGM, saya tertarik dan kemudian mencoba untuk melamar. Akhirnya saya sangat bersyukur bisa diterima dalam program ini dan bertemu dengan banyak mahasiswa lokal maupun mahasiswa luar negeri di Kyoto University. Saya sangat senang bisa bersekolah di Kyoto University karena universitas ini merupakan salah satu universitas unggulan di Jepang dan Jepang merupakan negara empat musim yang memiliki kebudayaan yang unik. Saya sangat beruntung bisa tinggal selama satu tahun di Jepang.
2. Mengapa memilih double degree dan tidak exchange program?
Saya juga tertarik untuk mengikuti exchange program akan tetapi program double degree jauh lebih istimewa dan berharga karena dapat memperoleh dua gelar master sekaligus dari dua universitas terkenal, yaitu Gadjah Mada University and Kyoto University. Dua gelar master lebih prestisus dibandingkan dengan single degree karena gelar ganda dapat digunakan untuk melamar pekerjaan yang bergengsi. Selain itu, melalui DDP UGM-KU saya bisa memperoleh dua gelar master dalam waktu tiga tahun. Biasanya untuk mendapatkan dua gelar master dibutuhkan waktu minimal empat tahun. Hal ini yang membuat saya tertarik untuk mengikuti program ini.
3. Apakah program double degree akan berkontribusi pada karir anda? Jelaskan pendapat anda!
Banyak ilmu dan pengalaman berharga yang saya peroleh setelah menyelesaikan DDP ini. Ilmu dan pengalaman tersebut tentu sangat berkontribusi untuk karir saya di masa depan terutama dalam mendapatkan pekerjaan. Apalagi gelar master yang diperoleh berasal dari Gadjah Mada University dan Kyoto University yang masing-masing merupakan universitas unggulan di Indonesia dan di Jepang. Melamar pekerjaan dengan menggunakan ijazah master akan memiliki peluang yang lebih untuk bisa diterima dalam pekerjaan tersebut, apalagi melamar pekerjaan dengan menggunakan dua ijazah sekaligus. Saya berkeinginan untuk bisa menjadi seorang dosen atau peneliti di Indonesia, maka dari itu melalui double degree ini akan membuka kesempatan yang lebih luas bagi saya untuk berkarir lebih bagus lagi.
4. Topik Penelitian Tesis di UGM dan Kyoto University
Penelitian yang saya kerjakan di Gadjah Mada University terkait dengan penyakit karat tumor yang menyerang tanaman Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & JW Grimes). Sengon is one of the forest tree species that still being developed in forest plantations and community forest up until now Saya melakukan evaluasi dampak penyakit ini terhadap tanaman Sengon di lapangan, melakukan inokulasi pada semai, dan pengamatan secara mikroskopik di laboratorium (Gambar 1). Adapun judul tesis saya di Gadjah Mada University adalah: Response of Sengon (Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes) from Papua Provenances and Java Land Races to Gall Rust Disease. Penyakit ini disebabkan oleh jamur karat dari genus Uromycladium. Specimen berupa spora dari jamur ini saya kumpulkan dari Indonesia kemudian saya bawa ke Jepang untuk dianalisis secara genetik sebagai topik tesis saya di Kyoto University (Gambar 2). Judul tesis saya di Kyoto University adalah: Taxonomic Studies of Rust Fungi on Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J.W. Grimes and Paraserianthes lophantha subsp. montana (Jungh.) I.C. Nielsen in Indonesia.
Topik tesis saya di Gadjah Mada University dan di Kyoto University tidak terlalu berbeda, yaitu masih berkaitan dengan jamur karat yang menyebabkan penyakit karat tumor pada tanaman Sengon. Akan tetapi, subjek yang diamati serta metode penelitian yang digunakan berbeda. Saya ingin fokus pada penyakit tanaman ini untuk menambah ilmu dan keahlian saya di bidang penyakit hutan. Selain itu, penyakit ini telah menimbulkan banyak kerugian bagi para petani di Indonesia dan saya ingin memberikan kontribusi bagi Indonesia melalui penelitian yang saya lakukan. Dengan demikian topik tesis saya di kedua universitas tersebut tidak terlalu berbeda. Adapun saran saya bagi penerima beasiswa DDP selanjutnya untuk memikirkan dan melakukan hal yang sama dengan apa yang telah saya lakukan, yaitu memilih topik penelitian yang masih berhubungan satu sama lain. Hal ini perlu diperhitungkan karena tesis di Kyoto University harus sudah selesai dalam waktu 1 tahun dan itu termasuk waktu yang cukup singkat. Selain melakukan penelitian, dalam waktu satu tahun tersebut juga terdapat beberapa mata kuliah yang wajib diambil untuk memenuhi kredit sebagai syarat kelulusan master di Kyoto University. Dengan demikian perencanaan selama satu tahun itu perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.
5. Apakah anda merasakan ada perbedaaan sistem dan lingkungan akademik antara UGM dan Kyoto University? Jika ada, uraikan pendapat anda!
Saya sangat senang bisa bergabung di laboratorium microbial ecology, Graduate School of Agriculture, Kyoto University. Anggota laboratorium sangat baik, ramah, dan selalu membantu saya apabila saya menemui kesulitan di dalam kampus maupun di luar kampus. Mereka juga sering membimbing saya dalam melakukan penelitian di laboratorium. Saya banyak belajar dari mereka dan saya selalu berdiskusi dan meminta saran agar penelitian saya bisa berjalan dengan lancar. Saya sangat bersyukur karena berkat bantuan mereka akhirnya saya bisa menyelesaikan studi saya di Kyoto University. Saya juga sangat berterima kasih kepada pembimbing saya, Prof. Tanaka Chihiro (Gambar 3a), beliau sangat berjasa dalam studi saya karena beliau dengan sabar membimbing saya dan banyak ilmu yang beliau berikan kepada saya.
Saya sangat beruntung bisa memperoleh beasiswa DDP di Kyoto University karena saya mempunyai banyak teman yang berasal dari berbagai negara dan para dosen juga memberikan materi di kelas dalam Bahasa inggris, sehingga saya bisa berdiskusi dengan mudah (Gambar 3b). Banyak ilmu, pengalaman, dan cerita yang bisa saya dapatkan ketika belajar bersama di dalam kelas dan itu sangat menyenangkan. Pengalaman hidup selama satu tahun di Kyoto University sangat luar biasa dan sulit untuk dilupakan. Saya memiliki keinginan dan berharap bisa melanjutkan studi program doktor di Kyoto University apabila saya mendapat kesempatan dan beasiswa kembali.
Kyoto University merupakan salah satu universitas terbaik di Jepang, tidak heran jika kegiatan akademiknya sangat bagus dan disiplin. Banyak kemudahan yang saya dapatkan ketika belajar di Kyoto University seperti fasilitas perpustakaan yang lengkap, alat dan bahan di laboratorium yang lengkap, kantin yang higienis, dan yang paling penting adalah setiap mahasiswa diperbolehkan berada di dalam kampus selama 24 jam. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi saya untuk bisa bekerja lembur di laboratorium untuk melakukan penelitian. Bekerja lembur di laboratorium sangat membantu saya dalam menyelesaikan penelitian dan tesis. Saya hanya memiliki waktu satu tahun untuk menyelesaikan studi saya di Kyoto University, maka dari itu bekerja lembur di laboratorium sering saya lakukan. Secara umum Gadjah Mada University dan Kyoto University memiliki academic attitudes yang sama, yaitu mengedepankan pendidikan dan penelitian yang bermutu, aktivitas kampus yang disiplin, dan pengabdian kepada masyarakat.
Kehidupan di luar kampus sangat menyenangkan, Kyoto merupakan kota yang indah, bersih, memiliki kebudayaan yang unik dan masyarakatnya sangat ramah kepada para wisatawan. Kyoto juga memiliki banyak obyek wisata yang sangat menarik dan bagus, seperti wisata alam, wisata kuliner, wisata spiritual, dan wisata pendidikan. Saya sungguh beruntung bisa tinggal di Kyoto selama 1 tahun sehingga saya bisa menikmati keindahan setiap musim di kota ini. Pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan adalah saya bisa melihat salju secara langsung, bunga sakura, pohon momiji untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Saya juga banyak memiliki teman yang berasal dari berbagai negara karena lingkungan tempat tinggal saya banyak terdapat mahasiswa asing maupun wisatawan asing yang berkunjung ke Kyoto. Ketika hari libur, saya dan teman-teman sering pergi berlibur untuk menikmati keindahan kota Kyoto dan keinginan saya untuk memakai baju khas Jepang, Kimono, akhirnya bisa terwujud (Gambar 4). Saat itu kami pergi ke Kiyumizudera Temple sambil melihat bunga sakura yang bermekaran dan juga mengunjungi Yasaka Shrine yang tampak begitu indah dan dijunjungi banyak wisatawan asing. Pengalaman yang sungguh luar biasa dan sulit dilupakan. Bagi saya tinggal di Kyoto tidak terlalu sulit, kita bisa bertanya kepada penduduk Kyoto apabila kita dalam masalah. Mereka sangat ramah dan bersedia membantu kita dengan ikhlas. Penjelasan dalam Bahasa inggris juga bisa kita temukan di jalan-jalan sehingga tidak perlu takut tersesat dalam perjalanan. Kyoto juga merupakan kota yang maju, sangat nyaman dan saya cinta Kyoto. Saya berharap bisa mengunjungi Kyoto lagi suatu saat nanti.
6. Apakah anda pernah mengalami kesulitan dalam kehidupan di dalam maupun di luar kampus Kyoto? Jika ada, uraikan pengalaman anda!
Selama saya tinggal di Kyoto, saya tidak menemukan kesulitan yang berat baik dalam kehidupan di kampus maupun di luar kampus. Hanya saja terdapat sedikit masalah, yaitu saya tidak bisa berbahasa Jepang. Tidak bisa berbahasa Jepang merupakan kelemahan saya dan itu kadang menjadi masalah dalam beraktivitas sehari-hari. Akan tetapi, itu bukan menjadi kendala yang besar bagi saya karena saya masih bisa bertanya dan berkomunikasi dengan teman, dosen, dan masyarakat sekitar dengan menggunakan bahasa inggris. Selain mendapat banyak bantuan dari teman-teman orang Jepang yang bisa berbahasa inggris, saya juga merasa sangat terbantu dengan adanya Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) yang ada di Kyoto (Gambar 5). Teman-teman yang berasal dari Indonesia dan mereka lebih dahulu tinggal di Kyoto, mereka sering membantu dan berbagi informasi kepada sesama mahasiswa Indonesia terkait kehidupan di Kyoto. Saya yakin tidak hanya Indonesia yang mempunyai perhimpunan pelajar, melainkan seluruh mahasiswa asing pasti mempunyai perhimpunan tersebut. Dengan demikian tidak perlu takut dan ragu untuk melanjutkan studi di Kyoto University. Selain itu Kyoto University juga mempunyai Student Affairs Office yang bisa membantu para mahasiswa apabila memiliki masalah dalam kehidupan kampus maupun di luar kampus
7. Komentar lainnya: kemungkinan dalam hal pengembangan program double degree, harapan untuk mahasiswa double degree di masa mendatang, dan lainnya.
DDP merupakan program beasiswa yang sangat bagus, yaitu this program provides students with an opportunity to obtain two master’s degrees in two majors over a period of three years. To obtain two master’s degrees in two different two-year master’s programs usually takes four years, but this program enables students to finish it in three years by offering intensive courses and utilizing a credit transfer system. Saya berharap program ini bisa terus berjalan dan setiap tahunnya dapat menerima mahasiswa dalam jumlah yang lebih banyak dan dengan beasiswa yang lebih tinggi lagi. Selain itu, semoga upacara wisuda bisa dilakukan di Kyoto University bagi siswa DDP selanjutnya. Upacara wisuda di Kyoto University bagi saya merupakan acara yang sangat penting dan perlu untuk dikenang karena sebagai wujud rasa syukur dan kegembiraan telah bisa menyelesaikan studi di Kyoto University.
Seperti yang saya ketahui bahwa ada juga program beasiswa double degree lainnya yang hanya mengerjakan satu tesis selama masa studi, maka dari itu saya ingin bertanya, apakah program DDP ini juga bisa melakukan hal yang sama? Yaitu hanya mengerjakan satu tesis? Apabila mengerjakan satu tesis dirasa cukup, mungkin hal itu perlu ditetapkan untuk kebijakan selanjutnya bagi para mahasiswa.
8. Ucapan terima kasih
Saya sangat merasa bersyukur karena saya sudah menyelesaikan DDP ini dengan lancar dan juga saya sangat merasa senang ketika dinyatakan lulus setelah ujian tesis di Kyoto University. Saya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung studi saya terutama kepada JASSO (Japan Student Service Organization) yang telah memberikan beasiswa untuk bersekolah di Kyoto University dan juga kepada Human Security Development in Kyoto University yang telah mengkoordinasi semua hal yang berkaitan dengan DDP dan memberikan banyak kemudahan kepada kami. Seluruh staf akademik Faculty of Forestry, Gadjah Mada University yang telah membantu saya dalam mengurus semua administrasi yang berkaitan dengan Double Degree Program. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Students Association of Indonesia in Kyoto atas segala bantuan yang telah diberikan kepada saya. Saya mohon maaf apabila selama di Kyoto saya memiliki banyak kesalahan dan saya berharap kita tetap menjalin silaturahmi satu sama lain.
Saya juga sangat berterima kasih kepada teman-teman DDP second period yaitu Bekti dan Bambang, serta Thanathon and Nontanut (from Kasetsart University) atas segala dukungan dan kerjasama selama di Kyoto University. Saya sangat bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang hebat seperti mereka. Mereka adalah orang-orang yang pintar, baik hati, ramah, dan selalu berbagi informasi yang positif. Semoga persahabatan ini bisa terjalin selamanya dan kita semua bisa sukses dan memiliki masa depan yang lebih cerah.